Krisis Evergrande dan Dampaknya Terhadap Indonesia

krisis evergrande
Sumber: Reuters

Salah satu grup perusahaan induk investasi terbesar di China dalam bidang properti tengah mengalami krisis yang terancam bangkrut. Krisis Evergrande tersebut juga bisa berakibat pada perekonomian di Indonesia, terutama dalam hal ekspor bahan properti dan juga sektor di bidang properti lainnya.

Hutang menumpuk yang berindikasi pada gagal bayar, juga akan berisiko pada sistem keuangan China. Hal ini sedikit banyak juga akan berpengaruh terhadap perekonomian dunia. Karena China sudah menjadi salah satu negara produsen yang memiliki pasar sangar di dunia.

Nah, apa sebenarnya krisis Evergrande tersebut?

Perusahaan Properti Terbesar di China 

Evergrande merupakan pengembang properti terbesar di China yang juga masuk dalam 500 perusahaan dengan pendapatan terbesar di dunia. Perusahaan yang pusatnya berada di Kota Shenzhen, China ini didirikan oleh miliarder Xu Jiayin, yang juga pernah menjadi orang terkaya di China.

Selain sebagai perusahaan properti, banyak anak perusahaannya yang masuk dalam bidang lainnya. Seperti bisnis makanan, minuman, bahan makanan, wisata, mall, hingga taman hiburan.

Proyek Pembangunan Terlalu Besar

Perusahaan ini memiliki proyek dalam skala yang sangat besar. Ada sekitar 1.300 proyek yang berada di 280 kota di China. Luas lahan pembangunannya bahkan lebih dari 132 juta meter persegi.

Banyaknya proyek dikerjakan tersebut tidak luput dari beban hutang yang terlalu agresif. Bahkan perusahaan ini juga memiliki grup sepak bola bernama Guangzhou Evergrande, dan memiliki sekolah sepakbola terbesar di dunia dengan biaya USD 185 juta.

Bahkan juga menciptakan stadion terbesar dengan total anggaran USD 1,7 miliar yang mampu menampung 100 ribu penonton.

Punya Banyak Hutang

Hutang dari perusahaan ini semakin melambung tinggi. Di sisi lain pemerintah China membatasi pembelian properti dengan membatasi utang untuk membeli properti dari pengembang. Hal itu dilakukan untuk melindungi aset permodalan.

Sayangnya kebijakan tersebut membuat Evergrande tidak bisa dengan leluasa menjual properti yang dimilikinya. Hingga membuatnya tidak bisa membayar hutang dengan mudah.

Hutang yang dimilikinya mencapai USD 300 miliar. Hal itu membuat perusahaan properti terbesar ini mendapatkan reputasi buruk dan sahamnya anjlok hingga 85 persen. Selain itu, perusahaan ini juga gagal membayar hutang luar negeri sebesar USD 83,5 juta yang merupakan bunga hutang.

Respon Pemerintah China

Krisis yang dialami Evergrande ini ternyata berpengaruh terhadap perekonomian nasional di China. Hal itu membuat China mau tidak mau harus bertindak. Pemerintah China menyuntikkan dana untuk menstabilkan harga properti, baik dalam bentuk bangunan maupun tanah.

Krisis ini juga berpengaruh terhadap bidang lainnya, seperti dunia industri, dan berbagai bidang perekonomian lainnya yang berkaitan.

Dampak Terhadap Perekonomian di Indonesia

Kasus yang dialami Evergrande ini benar-benar sangat berisiko terhadap para investor di dalam negeri China, maupun luar negeri. Begitu juga ada risiko yang bisa didapatkan oleh perekonomian di Indonesia.

Dampak yang secara langsung bisa dirasakan adalah para eksportir khususnya yang berkaitan dengan dunia properti. Nilai ekspor bisa semakin kecil, dan hal itu tentunya sangat berdampak pada kondisi di Indonesia.

Selain itu, gejolak yang terjadi juga akan berpengaruh terhadap perekonomian di China. Hal itu juga akan berpengaruh terhadap perekonomian di Indonesia. Apalagi banyak proyek properti yang dikerjakan dengan kerjasama bersama China.

Hal ini memang harus diwaspadai para pengusaha properti di Indonesia. Begitu juga para masyarakat yang ingin berinvestasi dalam bidang ekonomi.

Itulah krisis Evergrande dan bagaimana dampaknya terhadap perekonomian di Indonesia. Adanya krisis ini harus disikapi dengan lebih hati-hati. Terutama bagi masyarakat yang berinvestasi di dunia properti.

Baca juga: 6 Perusahaan Terbaik Dunia dalam Daftar Fortune Global 500 2021

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *